Thursday 21 June 2012

LANGKAH-LANGKAH KETERKAITAN ANTARA NILAI, MORAL, SIKAP, DAN TINGKAH LAKU YANG PERLU DIAJARKAN KEPADA ANAK DIDIK


Tahun 2011 lalu, dosen mata kuliah Pendidikan Nilai untuk AUD memberi tugas pada kami bagaimana cara menanamkan nilai kehidupan pada AUD. Dan ini adalah hasil pemikiranku setahun yang lalu.

Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun (Sutikna dalam slide Bu Daryanti, 2011). Sebagai pendidik, kita diwajibkan untuk mengajarkan, memberitahukan, membiasakan pada anak didik tentang nilai-nilai kehidupan yang berlaku dalam masyarakat sekitar. Terutama sopan santun, adat dan kebiasaan serta nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sehingga dapat mengerti dan paham nilai-nilai apa saja yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai kehidupan ini kita ajarkan dan kita biasakan tentang baik dan buruknya perbuatan dan kelakuan sehingga tercipta suatu pemikiran tentang moral pada anak didik kita karena dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, serta perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Jadi, selain mengenalkan dan membiasakan nilai-nilai kehidupan yang berlaku dalam masyarakat kepada peserta didik, kita sebagai pendidik juga harus mengemukakan alasan di balik pengajaran nilai tersebut dan pandangan tentang baik-buruk suatu perilaku yang akan dinilai oleh orang lain.
Setelah anak didik telah dapat memahami nilai-nilai kehidupan yang berlaku, diharapkan anak didik dapat membedakan antara perbuatan yang baik dan yang buruk sesuai dengan yang berlaku dalam masyarakat. Anak didik juga akan merasa terkontrol dengan mempelajari nilai-nilai kehidupan tersebut dan menyadari adanya penilaian dari orang lain tentang perbuatannya, sehingga terbentuklah sikap yang merupakan kesediaan bereaksi terhadap suatu hal.
Bersikap terjadi karena ada motif dan merupakan dasar tingkah laku seseorang. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan akan objek tersebut. Tingkah laku tidak terdiri atas perbuatan yang tanpak saja. Di dalamnya tercakup juga sikap mental yang tidak selalu mudah ditanggapi, kecuali secara tidak langsung, misalnya melalui ucapan atau perbuatan yang diduga dapat menggambarkan sikap mental tersebut, bahkan secara tidak langsung ada kalanya cukup sulit untuk menarik kesimpulan yang teliti. Jika seseorang telah dapat bereaksi terhadap suatu situasi dengan tepat—maksudnya adalah bersikap dengan tepat—diharapkan sikap itu akan merasuk dalam dirinya, melebur dalam kepribadiannya, sehingga akan menjadi tingkah laku yang tidak hanya tercermin dari perbuatan tapi juga dalam kata-kata dan menjadi prinsip hidupnya.
Nilai-nilai perlu dikenal terlebih dahulu kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan pada akhirnya terwujud tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksud.
Misalnya, mengenalkan nilai cinta damai.
Pertama, kita mengenalkan pada anak didik tentang apa itu nilai cinta damai dan bagaimana contoh perilaku cinta damai tersebut. Kita mengenalkannya dapat melalui media bercerita kemudian mengambil kesimpulan bersama dengan anak. Juga bisa dengan melatihkan pada anak tentang mau berbagi dengan teman-temannya, mau menunggu saat antri, yang merupakan contoh perilaku cinta damai—dengan maksud, jika kita egois mau menang sendiri malah akan terjadi keributan dan perwujudan cinta damai tidak akan terealisasi.
Ketika anak didik telah mengetahui apa itu nilai cinta damai, pendidik membantu anak untuk menghayati nilai tersebut dengan memberinya pengalaman langsung, misalnya memberi pengalaman mengantri dan berbagi mainan pada anak. Ketika anak telah mengalami sendiri dan merasakan sendiri bagaimana nikmatnya berbagi dan menunggu sesuai antrian yang membuat semua orang tertib dan senang, anak mulai menghayati nilai tersebut. Setelah itu, pendidik dan anak didik dapat mengambil kesimpulan bersama bahwa menunggu sesuai antrian dan mau berbagi dengan orang lain—dalam hal ini teman sebaya—sangatlah menyenangkan dan merupakan perbuatan yang baik—dengan maksud, perbuatan yang baik adalah yang membuat orang lain dan diri sendiri menjadi senang, tenang, dan menciptakan suasana yang tertib dan damai. Dengan begini anak akan mulai paham dan mempunyai dorongan moral untuk mau berbagi dan menunggu antrian dengan sabar.
Selanjutnya, dengan pembiasaan dan lebih banyak latihan untuk mau berbagi dan menunggu sesuai antrian, anak akan meresapi dan menghayatinya sehingga terbentuklah sikapnya sesuai dengan yang ditujukan. Di lain kesempatan di luar persekolahan—pendidik dapat berbagi dengan orang tua tentang nilai yang telah diajarkan di sekolah dan dimohon agar orang tua ikut serta mengajarkannya di lingkungan rumah—anak akan mampu menyikapi antrian di lingkungan sekitar, misalnya ketika anak ikut Ibunya ke bank, juga anak akan mampu menyikapi situasi-situasi yang memang dirasa perlu berbagi dengan orang lain. Selain spontanitas anak dapat bersikap sesuai dengan yang diharapkan, anak juga akan memiliki pandangan tentang cinta damai sesuai dengan yang dipelajarinya. Tidak hanya perbuatan yang nampak saja tapi juga mencakup sikap mental yang terlihat—walaupun tidak selalu mudah ditanggapi.

No comments:

Post a Comment