Judul buku : Sekali Lagi si Paling Badung
Pengarang : Enid Blyton
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman : 278 halaman
Tahun terbit : Cetakan kedelapan, 2012
Buku kedua tentang kehidupan Elizabeth
Allen di Sekolah Whyteleafe dalam seri si Badung (aku gk tahu nama seri ini
jadi aku beri istilah sendiri ^^) karya Enid Blyton ini kudapatkan dari Mbakku
yang juga langsung membelikanku dua seri terakhir yaitu Si Badung Jadi Pengawas
dan Ini Dia si Paling Badung. Tapi sebelum aku menuliskan tentang dua buku
lainnya, terlebih dulu aku akan menuliskan tentang buku yang satu ini; Sekali
Lagi si Paling Badung.
Dalam buku sebelumnya, terdapat 24
subjudul. Sementara dalam buku yang satu ini terdapat 26 subjudul, yang
kesemuanya itu adalah Kembali ke Whyteleafe, Kehidupan di Sekolah Dimulai,
Elizabeth Mendapat Musuh, Apa yang Terjadi di Rapat Besar, Elizabeth Sangat
Marah, Tikus Putih Jenny, Kathleen Terlibat Kesulitan, Rapat Sekolah Sekali
Lagi, Kathleen Mulai Bertindak, Keributan di Dalam Kelas, Persoalan Semakin
Gawat, Rapat yang Menegangkan, Robert Diberi Kesempatan, Hari Pertandingan,
Kathleen Mengaku, Kethleen Melarikan Diri, Menjernihkan Suasana, Suasana
Membaik, Minggu yang Damai, Pertandingan Lacrosse, Akhir Pertandingan,
Elizabeth Mendapat Kesulitan Lagi, Kejutan bagi Joan, Pengalaman yang
Mengerikkan, Elizabeth Sangat Mengesalkan, Kejutan Manis.
Berikut ini sinopsis yang tertulis di
sampul belakang buku ini, “’Tetapi toh
aku tak bisa membiarkannya mencabuti rambutku, menampar mukaku... Tentu saja
karena dia anak perempuan, aku tak bisa balas menamparnya. Aku tahu dia
dijuluki anak paling badung di sekolah ini...’ Kasihan Elizabeth. Ia datang
kembali ke Sekolah Whyteleafe dengan tekad untuk menjadi anak terbaik. Sayang sebelum
tekadnya ini terlaksanan ia sudah bertemu Robert, anak sok jagoan yang selain
keji juga sangat licik. Elizabeth sekali lagi dijuluki ‘anak paling badung’. Lalu bagaimana bisa
terjadi Elizabeth terpilih menjadi pengawas?”
Selain berkisah tentang permusuhan
Elizabeth dengan Robert, diceritakan juga kisah bagaimana Kathleen menjadi
sangat membenci Jenny dan Elizabeth tapi kemudian karena suatu kejadian yang
sangat mengejutkan dan membahagiakan bagi Kathleen—karena dia mendapat
kesempatan untuk berubah dengan bantuan semua temannya di Whyteleafe—Kathleen dapat
berubah menjadi gadis periang dengan lesung pipit manis yang muncul saat ia
tersenyum.
Menurutku, di sinilah letak menariknya
kisah dalam buku ini. Yaitu ketika ada anak yang sangat nakal dan suka berulah,
tapi kemudian seluruh murid sekolah ini memberi kesempatan kepada mereka untuk
berubah dan membantu mereka dengan tidak menyalahkan, tidak mengungkit-ungkit
yang sudah berlalu, dan berteman baik dengan mereka. Selain itu, guru-gurunya
pun sangat pengertian. Mereka tidak langsung menghakimi kesalahan muridnya,
tapi berusaha mencari penyebabnya lalu bersama-sama mencari penyelesaiannya
agar sikap buruk dan kenakalan seorang anak tidak diulangi lagi.
Dalam buku ini, diceritakan kenapa
Robert bersikap nakal pada anak yang lebih kecil. Para Guru mencari tahu
sebabnya sebelum dengan adil memutuskan hukuman bagi Robert agar ia jera. Tapi
hukuman yang dijatihkan tidak seperti hukuman karena Robert malah mendapat
kehormatan untuk mengurus kuda, 2 ekor kuda, dan ia boleh memilih kuda mana
yang ingin ia urus. Bagi Robert yang sangat menyukai kuda, hal ini merupakan
hadiah dan bukan hukuman. Hatinya luluh dengan ‘hukuman’ ini dan ia pun tidak
lagi menakali anak-anak yang lebih kecil. Di samping karena hatinya yang luluh
akan kebaikan kedua Hakim yang adil itu, juga karena dengan sibuk mengurus kuda
Robert tak akan punya waktu untuk menakali anak-anak yang lebih kecil.
Dari kisah Robert itu dapat kita petik
sebuah pelajaran tentang ‘menghukum’ anak yang ‘nakal’. Untuk membuat seorang
anak jera tak perlu dengan cara keras atau malah memberikan suatu hukuman yang
berat padanya. Kita seharusnya mencari tahu alasan seorang anak berbuat nakal, dan
karena tak akan ada asap bila tak ada api, maka sebab itu pasti ada. Dan dari
sebab itulah kita dapat berlaku adil dalam memberikan ‘hukuman’ pada anak ‘nakal’.
Yang kedua adalah kisah mengenai
Kathleen. Skaathleen dikenal sebagai anak yang terlampau berani karena dia
bahkan berani membantah perkataan Guru. Suatu ketika terjadi sesuatu yang
membuat Kathleen marah pada Jenny dan Elizabeth dan dia berniat membalas mereka
dengan perbuatan-perbuatan—yang dalam buku ini disebut—keji. Ada sekitar empat
kejahilan Kathleen pada Jenny dan Elizabeth. Pada akhirnya Kathleen mengaku
karena merasa menanggung dosa dan merasa bersalah pada Robert karena malah
Robert yang harus menanggung akibat perbuatannya. Lalu ia memutuskan untuk
mengakuinya, bukan di Rapat Besar, tapi hanya pada Jenny dan Elizabeth. Ia juga
memutuskan melarikan diri dari sekolah setelah mengaku. Lalu terjadilah
perbincangan antara Kepala Sekolah dengan Rita dan William sebagai Hakim,
dengan Nora sebagai Pengawas, dan dengan Elizabeth dan Jenny sebagai yang bersangkutan
(korban). Sementara Pak John dan Rita menjemput Kathleen, yang lainnya
mendiskusikan masalah Kathleen ini. Bu Best berkata bahwa Kathleen menganggap
dirinya gagal dan seseorang tak perlu sampai menganggap dirinya gagal, sehingga
mereka harus membantu Kathleen menumbuhkan rasa percaya dirinya. Mereka tak
lagi membahas kesalahan Kathleen tapi berusaha mencari jalan keluar untuk
membantu Kathleen agar lebih percaya diri dan memberinya kekuatan agar berani
mengakuinya di Rapat Besar. Kalau perasaan gagal itu bisa dihilangkan, maka
sebagian besar kesulitan yang dihadapi Kathleen akan lenyap, dan itu akan
menyenangkan banyak orang.
Secara pribadi, inilah bagian yang
paling berkesan. Pertama, karena sebuah permasalahan bila diruntut sebabnya,
maka kita bisa memberi hukuman yang adil. Dan yang kedua, kenyataan bahwa hidup
bersama itu bisa jadi sangat menyenangkan dengan adanya pengertian dan saling
menolong.
No comments:
Post a Comment