Wednesday 27 June 2012

Review Buku "Sekali Lagi si Paling Badung"



Judul buku                  : Sekali Lagi si Paling Badung
Pengarang                   : Enid Blyton
Penerbit                       : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman           : 278 halaman
Tahun terbit                 : Cetakan kedelapan, 2012

Buku kedua tentang kehidupan Elizabeth Allen di Sekolah Whyteleafe dalam seri si Badung (aku gk tahu nama seri ini jadi aku beri istilah sendiri ^^) karya Enid Blyton ini kudapatkan dari Mbakku yang juga langsung membelikanku dua seri terakhir yaitu Si Badung Jadi Pengawas dan Ini Dia si Paling Badung. Tapi sebelum aku menuliskan tentang dua buku lainnya, terlebih dulu aku akan menuliskan tentang buku yang satu ini; Sekali Lagi si Paling Badung.


Dalam buku sebelumnya, terdapat 24 subjudul. Sementara dalam buku yang satu ini terdapat 26 subjudul, yang kesemuanya itu adalah Kembali ke Whyteleafe, Kehidupan di Sekolah Dimulai, Elizabeth Mendapat Musuh, Apa yang Terjadi di Rapat Besar, Elizabeth Sangat Marah, Tikus Putih Jenny, Kathleen Terlibat Kesulitan, Rapat Sekolah Sekali Lagi, Kathleen Mulai Bertindak, Keributan di Dalam Kelas, Persoalan Semakin Gawat, Rapat yang Menegangkan, Robert Diberi Kesempatan, Hari Pertandingan, Kathleen Mengaku, Kethleen Melarikan Diri, Menjernihkan Suasana, Suasana Membaik, Minggu yang Damai, Pertandingan Lacrosse, Akhir Pertandingan, Elizabeth Mendapat Kesulitan Lagi, Kejutan bagi Joan, Pengalaman yang Mengerikkan, Elizabeth Sangat Mengesalkan, Kejutan Manis.

Berikut ini sinopsis yang tertulis di sampul belakang buku ini,  “’Tetapi toh aku tak bisa membiarkannya mencabuti rambutku, menampar mukaku... Tentu saja karena dia anak perempuan, aku tak bisa balas menamparnya. Aku tahu dia dijuluki anak paling badung di sekolah ini...’ Kasihan Elizabeth. Ia datang kembali ke Sekolah Whyteleafe dengan tekad untuk menjadi anak terbaik. Sayang sebelum tekadnya ini terlaksanan ia sudah bertemu Robert, anak sok jagoan yang selain keji juga sangat licik. Elizabeth sekali lagi dijuluki  ‘anak paling badung’. Lalu bagaimana bisa terjadi Elizabeth terpilih menjadi pengawas?”

Selain berkisah tentang permusuhan Elizabeth dengan Robert, diceritakan juga kisah bagaimana Kathleen menjadi sangat membenci Jenny dan Elizabeth tapi kemudian karena suatu kejadian yang sangat mengejutkan dan membahagiakan bagi Kathleen—karena dia mendapat kesempatan untuk berubah dengan bantuan semua temannya di Whyteleafe—Kathleen dapat berubah menjadi gadis periang dengan lesung pipit manis yang muncul saat ia tersenyum.

Menurutku, di sinilah letak menariknya kisah dalam buku ini. Yaitu ketika ada anak yang sangat nakal dan suka berulah, tapi kemudian seluruh murid sekolah ini memberi kesempatan kepada mereka untuk berubah dan membantu mereka dengan tidak menyalahkan, tidak mengungkit-ungkit yang sudah berlalu, dan berteman baik dengan mereka. Selain itu, guru-gurunya pun sangat pengertian. Mereka tidak langsung menghakimi kesalahan muridnya, tapi berusaha mencari penyebabnya lalu bersama-sama mencari penyelesaiannya agar sikap buruk dan kenakalan seorang anak tidak diulangi lagi.

Dalam buku ini, diceritakan kenapa Robert bersikap nakal pada anak yang lebih kecil. Para Guru mencari tahu sebabnya sebelum dengan adil memutuskan hukuman bagi Robert agar ia jera. Tapi hukuman yang dijatihkan tidak seperti hukuman karena Robert malah mendapat kehormatan untuk mengurus kuda, 2 ekor kuda, dan ia boleh memilih kuda mana yang ingin ia urus. Bagi Robert yang sangat menyukai kuda, hal ini merupakan hadiah dan bukan hukuman. Hatinya luluh dengan ‘hukuman’ ini dan ia pun tidak lagi menakali anak-anak yang lebih kecil. Di samping karena hatinya yang luluh akan kebaikan kedua Hakim yang adil itu, juga karena dengan sibuk mengurus kuda Robert tak akan punya waktu untuk menakali anak-anak yang lebih kecil.

Dari kisah Robert itu dapat kita petik sebuah pelajaran tentang ‘menghukum’ anak yang ‘nakal’. Untuk membuat seorang anak jera tak perlu dengan cara keras atau malah memberikan suatu hukuman yang berat padanya. Kita seharusnya mencari tahu alasan seorang anak berbuat nakal, dan karena tak akan ada asap bila tak ada api, maka sebab itu pasti ada. Dan dari sebab itulah kita dapat berlaku adil dalam memberikan ‘hukuman’ pada anak ‘nakal’.

Yang kedua adalah kisah mengenai Kathleen. Skaathleen dikenal sebagai anak yang terlampau berani karena dia bahkan berani membantah perkataan Guru. Suatu ketika terjadi sesuatu yang membuat Kathleen marah pada Jenny dan Elizabeth dan dia berniat membalas mereka dengan perbuatan-perbuatan—yang dalam buku ini disebut—keji. Ada sekitar empat kejahilan Kathleen pada Jenny dan Elizabeth. Pada akhirnya Kathleen mengaku karena merasa menanggung dosa dan merasa bersalah pada Robert karena malah Robert yang harus menanggung akibat perbuatannya. Lalu ia memutuskan untuk mengakuinya, bukan di Rapat Besar, tapi hanya pada Jenny dan Elizabeth. Ia juga memutuskan melarikan diri dari sekolah setelah mengaku. Lalu terjadilah perbincangan antara Kepala Sekolah dengan Rita dan William sebagai Hakim, dengan Nora sebagai Pengawas, dan dengan Elizabeth dan Jenny sebagai yang bersangkutan (korban). Sementara Pak John dan Rita menjemput Kathleen, yang lainnya mendiskusikan masalah Kathleen ini. Bu Best berkata bahwa Kathleen menganggap dirinya gagal dan seseorang tak perlu sampai menganggap dirinya gagal, sehingga mereka harus membantu Kathleen menumbuhkan rasa percaya dirinya. Mereka tak lagi membahas kesalahan Kathleen tapi berusaha mencari jalan keluar untuk membantu Kathleen agar lebih percaya diri dan memberinya kekuatan agar berani mengakuinya di Rapat Besar. Kalau perasaan gagal itu bisa dihilangkan, maka sebagian besar kesulitan yang dihadapi Kathleen akan lenyap, dan itu akan menyenangkan banyak orang.

Secara pribadi, inilah bagian yang paling berkesan. Pertama, karena sebuah permasalahan bila diruntut sebabnya, maka kita bisa memberi hukuman yang adil. Dan yang kedua, kenyataan bahwa hidup bersama itu bisa jadi sangat menyenangkan dengan adanya pengertian dan saling menolong.

No comments:

Post a Comment