Thursday 21 June 2012

TOTTO-CHAN Oleh Tetsuko Kuroyanagi


 Semester 1 dua tahun yang lalu, dosen mata kuliah Ilmu Pendidikan, Pak Sodiq, memberi kami tugas membaca buku Totto-chan. Sebelum menjadi tugas mata kuliah, aku memang sudah membacanya. Dan ini adalah resume yang aku buat sebagai tugas dari Pak Sodiq.


Dalam buku ini, Tetsuko menuliskan dan menceritakan kepada pembaca kisahnya saat bersekolah di Tomoe Gakuen yang dikepalai oleh Mr. Sosaku Kobayashi. Tetsuko juga menuliskan tentang metode-metode pembelajaran yang digunakan oleh Mr. Sosaku Kobayashi dalam mendidik murid-muridnya agar tumbuh dewasa secara alami dan menjadi apa adanya mereka. Berikut ini beberapa metode pendidikan Mr. Kobayashi.
  1. Hari pertama Mr. Kobayashi bertemu dengan Totto-chan, Mr. Kobayashi berkata,”Sekarang ceritakan semua tetang dirimu. Ceritakan semua dan apa saja yang ingin kaukatakan.”
'         Melatih perkembangan bahasa dan komunikasi anak.
'         Melatih anak menghargai ketika orang lain bicara (anak tahu tentang keharusan menghargai, anak dikenalkan bagaimana rasanya dihargai, maka mereka akan menghargai orang lain pula)~>hal ini tampak dari perilaku Mr. Kobayashi yang tidak menguap atau tampak bosan berjam-jam mendengarkan cerita Totto-chan.
'         Hal ini juga memberikan rasa percaya dan rasa aman pada anak (eksistensinya diterima~>penting untuk membangun perasaan itu agar kelak saat dewasa si anak tidak merasa tidak diinginkan dan dapat hidup dengan normal).
  1. Acara makan siang yang menyenangkan
'         Tatanan kursi dan meja yang dibuat melingkar memungkinkan murid-murid saling akrab.
'         Mr. Kobayashi membiasakan murid-murid untuk makan makanan yang seimbang dengan cara meminta murid-murid mengisi kotak bekal makanan mereka dengan sesuatu dari pegunungan dan sesuatu dari laut (selain membiasakan anak untuk makan makanan bergizi, juga mengenalkan pada anak jenis-jenis makanan dari pegunungan dan dari darat dengan memeriksa bekal tiap anak dan menunjukkan makanan yang sekiranya belum diketahui anak, hal ini juga membuat orang tua mudah menyiapkan bekal untuk anak tanpa harus khawatir apakah bekal si anak sudah memenuhi syarat bekal yang sehat bergizi atau belum, juga mengalihkan perhatian anak dari membandingkan isi bekalnya).
'         Mr. Kobayashi membiasakan murid-murid untuk makan pelan-pelan, bahkan boleh berlama-lama makan sambil mengobrol agar mereka mengunyah makanan mereka dengan baik dan agar tidak tersedak.
'         Acara berpidato di tengah meja-kursi yang melingkar saat makan siang. Anak diijinkan berbicara di depan teman-teman, adik kelas, dan kakak kelas, menceritakan apapun terserah mereka. Ini dimaksudkan untuk menumbuhkan keberanian anak untuk bicara di depan umum dan melatih anak untuk menghargai dan dihargai (yang sedang bicara dihargai karena teman-teman yang lain mendengarkan dan melatihkan pada teman-teman yang mendengarkan untuk menghargai yang sedang berbicara).
  1. Pendapat Totto-chan tentang pelajaran di Tomoe Gakuen,”Yang paling aneh dari sekolah ini adalah pelajarannya. ... Di awal jam pelajaran pertama, guru membuat daftar semua soal dan pertanyaan mengenai hal-hal yang akan diajarkan hari itu. Kemudia guru berkata,’Sekarang, mulailah dengan salah satu dari ini. Pilih yang kalian suka.’”
'         Metode pengajaran ini membuat para guru bisa mengamati—sejalan dengan waktu ketika anak-anak melanjutkan ke kelas yang lebih tinggi—bidang apa yang diminati anak-anak, termasuk cara berpikir dan karakter mereka. Ini cara ideal bagi para guru untuk benar-benar mengenal murid-murid mereka. Ditambah lagi jumlah muridnya yang sedikit membuat guru lebih intens mengenal murid-murid mereka.
'         Bagi murid-murid, memulai hari dengan mempelajari sesuatu yang paling mereka sukai sungguh sangat menyenangkan. Anak bisa belajar dengan mudah jika minat mereka sudah ditumbuhkan. Dengan metode ini, anak juga dilatih untuk dapat berkonsentrasi pada apa yang sedang mereka kerjakan tanpa terganggu aktivitas orang lain di sekitar mereka.
'         Jadi belajar di Tomoe Gakuen pada umumnya bebas dan mandiri. Murid bebas berkonsultasi dengan guru kapan saja ia merasa perlu. Guru akan mendatangi murid jika diminta dan menjelaskan setiap hal sampai murid itu benar-benar mengerti. Kemudian mereka diberikan latihan-latihan lain untuk dikerjakan sendiri. Itulah belajar dalam arti yang sebenarnya dan itu berarti tak ada murid yang duduk menganggur dengan sikap tak peduli sementara guru sedang menjelaskan sesuatu.
  1. Setelah jam makan siang biasanya murid-murid Tomoe Gakuen akan berjalan-jalan. Ini berlaku untuk semua kelas. Guru bertanya,”Kalian semua telah bekerja keras pagi ini. Apa yang ingin kalian lakukan sore ini?”
Jawab murid-murid serempak,”Jalan-jalan.”
'    Ini menunjukkan sikap menghargai dari guru atas kerja keras yang dilakukan murid-murid pada pagi hari saat mereka belajar dengan tekun.
'    Ini merupakan kegiatan bermain sambil belajar. Mereka berjalan-jalan melewati persawahan, melihat alam, belajar dari alam misalnya belajar tentang ulat yang menjadi kupu-kupu dengan melihat prosesnya secara langsung. Dibantu penjelasan singkat dari guru tentang hal-hal yang belum pernah mereka temui atau belum mereka ketahui, misalnya tentang bunga yang bereproduksi dengan putik dan benang sari (mereka melihat langsung bagaimana bentuk putik dan benang sari).
  1. “Kepuasan Totto-chan jelas adalah hasil rasa percaya diri yang ditanamkan Mr. Kobayashi dengan mempercayainya dan tidak memarahinya.”~>Kepercayaan dan bentuk tidak dimarahinya Totto-chan oleh Mr. Kobayashi terlihat saat Mr. Kobayashi melihat Totto-chan yang sedang “membongkar muatan” penampung kotoran untuk mencari dompetnya yang terjatuh. Saat itu Mr. Kobayashi tidak memarahinya, hanya menanyainya,”Apa yang sedang kau lakukan?” Lalu bertanya,”Kau akan mengembalikan semuanya kalau sudah selesai, kan?”
'         Seorang anak bila diberi kepercayaan oleh orang dewasa, mereka akan menjaga kepercayaan itu dan tak akan mengingkari kepercayaan itu. Ini menjadikan anak merasa aman karena diberi kepercayaan.
  1. Mr. Kobayashi mengijinkan anak-anak menyaksikan saat gerbong baru untuk perpustakaan diangkut pada suatu malam dengan syarat mereka mendapat ijin dari orang tua mereka. Mr. Kobayashi mengadakan kemah di dalam aula. Mr. Kobayashi mengajak anak-anak berlibur di laut saat libur musim panas. Mr. Kobayashi mengajak anak-anak memasak bersama di Ngarai Petir. Mr. Kobayashi merancang pesta perpisahan dengan penjaga sekolah mereka, Ryo-chan, dengan mengadakan jamuan minum teh.
'         Kegiatan-kegiatan baru yang diberikan Mr. Kobayashi pada murid-muridnya memberi pengalaman baru pada mereka, mengajarkan pada mereka untuk saling membantu, memberi mereka pengalaman hidup bersama dan harus saling bekerja sama, mengembangkan sikap tanggung jawab.
  1. “Karena menurut Mr. Kobayashi tidak wajar jika anak laki-laki dan anak perempuan terlalu ingin tahu tentang perbedaan tubuh mereka sampai melebihi batas kewajaran. Menurutnya pula, tidak wajar jika ada orang yang mati-matian berusaha menyembunyikan tubuh mereka dari orang lain. Ia ingin mengajarkan pada murid-muridnya bahwa semua tubuh itu indah. ... Mr. Kobayashi berpendapat jika mereka bertelanjang dan bermain bersama (anak yang normal dengan anak yang cacat secara fisik) rasa malu mereka akan hilang dan itu akan membantu mereka menghilangkan rasa rendah diri.”
'         Saat itu musim panas dan cuaca sangat panas, Mr. Kobayashi menyilakan murid-muridnya berenang. Bila membawa pakaian renang boleh memakainya, tapi Mr. Kobayashi menyarankan pada mereka untuk bertelanjang saja dengan maksud seperti yang tertulis di atas. Niat di balik sikap seperti itu memang baik, untuk menghilangkan rasa rendah diri pada anak-anak yang secara fisik cacat. Tapi tak mungkin diterapkan di Indonesia yang mayoritas berpenduduk Islam yang mana diwajibkan menutup aurat.
  1. “Mau takut bagaimana? Hantu saja ternyata bisa takut, kan?”
'         Tes keberanian oleh Mr. Kobayashi. Murid-murid diminta untuk berjalan mengelilingi kuil sampai ke kuburan. Ada murid yang menjadi hantu untuk menakut-nakuti kelompok yang berkeliling. Para guru mengawasi dan menjaga mereka. Kelompok yang benar-benar tidak berani boleh tidak menyelesaikan perjalanan. Tidak memaksa murid untuk berani, tapi dari sini mereka belajar untuk tidak takut hantu. Pengalaman ini, menurut totto-chan, adalah pengalaman yang mengerikan, membuat gatal, tapi membuat tertawa. Ternyata, semua kelompok tidak menyelesaikan perjalanan mereka sampai kuburan. Murid-murid yang berperan menjadi hantu malah menunggu kelompok yang akan ditakut-takuti dan harus bergatal-gatal ria karena digigit nyamuk. Dari pengalaman ini, murid-murid mengambil kesimpulan bahwa hantu tak perlu ditakuti.
  1. “Euritmik adalah olahraga yang menghaluskan mekanisme tubuh; olahraga yang mengajari otak cara menggunakan dan mengendalikan tubuh; olahraga yang memungkinkan raga dan pikiran memahami irama. Mempraktekkan euritmik membuat kepribadian anak bersifat ritmik. Kepribadian yang ritmik itu kuat, indah, selaras dengan alam, dan mematuhi hukum-hukumnya.”
'         Menumbuhkan kemampuan konsentrasi ~> murid-murid diminta menarikan gerakan dua ketukan tapi diiringi musik piano tiga ketukan, dan seterusnya.
'         Tujuan euritmik untuk melatih pikiran dan tubuh agar sadar akan adanya irama, mencapai keselarasan antara jiwa dan raga, membangkitkan imajinasi, merangsang kreativitas.
'         Euritmik dapat membantu anak-anak mengembangkan kepibadian mereka secara alami, tanpa terlalu dipengaruhi orang dewasa sehingga kepekaan intuitif tetap terasah sebagai inspirasi dan tidak menyempitkan persepsi indrawi anak-anak terhadap alam.
  1.  “Mr. Kobayashi ingin semua murid mengenakan pakaian usang agar mereka tak perlu mengkhawatirkan pakaian mereka akan kena lumpur atau robek.”
'         Hal ini memberi keleluasaan dan kebebasan pada anak untuk bermain dan menjelajahi lingkungan dan alam tempat tinggal mereka tanpa perlu khawatir baju mereka yang bagus akan robek atau kotor.
  1.  Hari Olahraga
'         Mr. Kobayashi membuat sendiri jenis permainan dengan memanfaatkan alat-alat dan barang-barang yang ada di sekitar sekolah, misalnya tangga delapan undakan di depan aula. Permainan-permainannya melibatkan seluruh warga sekolah dan orang tua yang menonton pertandingan-pertandingan.
'         Menurut Totto-chan, Mr. Kobayashi sengaja merancang permainan-permainan tersebut menjadi mudah bagi Takahashi untuk memenangkannya, jadi Takahashi akan merasa bangga pada dirinya sendiri dan tak lagi memikirkan kekurangan dirinya yaitu ia akan berhenti tumbuh.
  1.  “Ada apa? Kalian tidak suka sayuran?”tanya Mr. Kobayashi saat melihat murid-muridnya terlihat kecewa dengan hadiah yang mereka dapatkan, lalu melanjutkan,“ Minta ibu kalian memasaknya untuk makan malam nanti. Itu sayuran yang kalian peroleh dengan usaha kalian sendiri. Kalian telah memberi makan untuk keluarga dengan jerih payah kalian sendiri. Hebat, kan? Aku yakin rasanya pasti sedap!”
'         Hal ini mengajarkan pada anak tentang rasa puas, bangga, dan bahagia karena menang dan dapat menghidupi keluarga dengan jerih payah sendiri yang juga dapat dirasakan keluarga di rumah.
  1.  Guru Pertanian
'         “Mr. Kobayashi tidak peduli pada hal-hal formal seperti keharusan murid diajar guru berijazah. Menurutnya, lebih baik anak-anak belajar sesuatu dengan langsung mengerjakannya.”
'         “Guru itu menjelaskan sambil memberikan contoh nyata.”~>ini akan mudah dimengerti anak karena mereka belum masuk tahap operasional formal dimana mereka akan lebih jelas ketika menyaksikan langsung sesuatu yang konkret sebagai bahan ajar,”Anak-anak belajar memahami keajaiban dan kegembiraan dengan melakukan sesuatu secara langsung.”
  1.  “Kau benar-benar anak baik. Kau tahu itu, kan?”
'         Mr. Kobayashi menanamkan rasa percaya diri dan keyakinan dengan mengucapkan kalimat itu setiap kali selama Totto-chan bersekolah di Tomoe Gakuen. Ini berdampak pada masa depan Totto-chan, dia tidak merasa bersalah atas hal-hal yang diperbuatnya semasa kecil yang dianggap nakal oleh guru lamanya, padahal hal-hal itu dilakukannya untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Ini membuktikan bahwa Mr. Kobayashi paham dunia dan masa anak.
  1.  Jam bebas di Tomoe Gakuen lebih panjang ~> setelah makan siang sampai sore hari sampai bel berdering. Semua murid Tomoe Gakuen melakukan apa yang mereka sukai dengan cara mereka sendiri saat jam bebas.
'         Bermain sambil belajar. Mr. Kobayashi mengerti benar bahwa dunia anak adalah dunia yang waktunya dihabiskan dengan bermain. Dengan bermain anak berlatih bekerja sama, mengenal dan menuruti aturan, bersosialisasi, bertenggang rasa, berdiskusi, dan tentu saja pengalaman berbagi dan keberssamaan.
  1.  Kelas Musik
'         Lantai aula sebagai papan tulis besar yang dapat digunakan murid-murid untuk menulis ritme lagu sesuai yang dimainkan Mr. Kobayashi dengan piano. Setelahnya, mereka bersama-sama membersihkan lantai yang telah mereka coreti.
“Dengan cara itu (murid-murid membersihkan coretan kapur tulis mereka di lantai sehabis jam pelajaran musik), para murid Tomoe belajar bahwa menghapus coretan-coretan di sembarang tempat ternyata merupakan pekerjaan berat. Karena itu, mereka tak pernah mencoret-coret di tempat lain kecuali di lantai aula. Lagipula, pelajaran itu diberikan dua kali seminggu, sehingga anak-anak merasa sudah puas mencoret-coret.” ~> Terbukti bahwa cara efektif untuk mendidik anak dan menanamkan suatu nilai atau agar anak menuruti larangan kita adalah dengan memberi mereka pengalaman daripada bersikeras mengatakannya pada mereka.

No comments:

Post a Comment