Friday 1 July 2016

Hidup Seorang Penyendiri

Pada dasarnya manusia itu makhluk individu dan makhluk sosial (apapun kasusnya ni empunya blog selalu dipertemukan dengan.kesimpulan ini; dualisme). Kita memperoleh manfaat dari bergaul dan kita memperoleh manfaat saat kita sendirian. Dengan catatan harus seimbang. Keseimbangan ini berguna agar kehidupan kita tidak tertekan (terlalu banyak hal tidak menyenangkan) juga tidak membosankan (terlalu banyak hal menyenangkan). Bagi seorang penyendiri, keseimbangan itu didapat ketika waktu menyendiri lebih banyak dari waktu bergaul. Bukan tanpa latar belakang, penyendiri selalu punya dasar pengalaman yang menjadikannya seorang "penyendiri".

Apa yang menyebabkan ni empunya blog menjadi seorang "penyendiri" adalah apa yang akan ditulis dalam postingan ini.

Langsung pada poin-poinnya saja, ni empunya blog menjadi seorang penyendiri karena di awal hidupnya (usia dini) ni empunya blog memiliki perasaan yang tidak tertangani; 1) ketakutan, 2) kurang percaya diri, 3) dualisme kepatuhan dan pembangkangan (poin ketiga cukup menarik bagi ni empunya blog). Well, ya . . .

Ni empunya blog ingat saat pelajaran IPA di SD tentang adaptasi dan seleksi alam ni empunya akun tiba-tiba berpikir, "Aku akan jadi orang yang mati duluan karena aku akan gagal beradaptasi dan tidak lolos seleksi alam. Aku tidak bisa makan banyak makanan (picky eater), aku bodoh, dan aku tidak berguna." (Well ya, anak SD yang berpikiran seperti itu adalah NI EMPUNYA BLOG, catat, hah). Itu masalah besar bagi ni empunya akun. Dulu pernah coba dibicarakanpada orang dewasa, tapi tanggapan mereka hanya, "Halah." (jika dipanjanglebarkan isinya, "Itu tidak wajar, kamu harus menghilangkan pikiran seperti itu dari kepalamu." dengan intonasi bahwa pemikiran itu sama sekali tidak penting) Jadi ni empunya blog benar-benar menghilangkan pikiran itu tapi tidak serta-merta menghilangkan kepercayaan dari pemikiran itu. Dan ini hanya salah satu bentuk ketakutan yang menjadi penyebab ni empuny blog menjadi seorang penyendiri. Tapi intinya adalah ketika ni empunya blog benar-benar ketakutan akan suatu hal lalu membicarakannya dengan orang dewasa untuk mendapat bantuan tapi tanggapan mereka hanya berupa "halah" yang mengesampingkan ketakutan itu, ketakutan itu sama sekali tidak hilang, dalam hati kecil (biasanya dikenal sebagai alam bawah sadar) ketakutan itu tetap menjadi masalah. Apalagi karena selama hidup, ni empunya blog melihat bahwa ketakutan-ketakutan ni empunya blog ternyata masuk akal. Jika kau "tak berguna" kau tak akan bisa beradaptasi. Hal ini membuat ni empunya blog takut pada hidup itu sendiri. Ketakutannya semakin banyak dan semakin besar, dan ketakutan itu mengunci ni empunya blog untuk "menyendiri" karena, "Aku takut merepotkan orang lain karena aku tidak bisa hidup karena aku tidak pandai adaptasi." Dan pemikiran ini menstimulasi ni empunya akun untuk belajar "hidup sendiri".

Ni empunya blog selalu kikuk karena ni empunya blog selalu tidak percaya diri, bahkan dalam hal paling sederhana. Seorang dewasa meminta tolong mengambilkan merica, ni empunya akun bisa bertanya sampai tiga kali pada orang dewasa tersebut, "Merica?" Pertama, untuk memastikan bahwa ni empunya blog tidak salah dengar benda apa yang ia minta diambilkan. Kedua, untuk memastikan apakah ia benar-benar meminta bantuan ni empunya blog atau ni empunya blog hanya terlalu kegeeran ada orang yang meminta bantuannya. Dan yap, ini sangat berpengaruh pada pemikiran, "Aku tidak percaya ada orang yang mau minta bantuan pada orang kikuk dan bodoh sepertiku." Dan tak terlepas dari ketakutan, ni empunya blog takut malah menambah masalah saat proses membantu orang lain sedang berjalan, seperti yang beberapa kali (sering?) terjadi. Ada yang meminta bantuan, ni empunya akun bantu, tapi dalam proses pengerjaannya ternyata malah menambah masalah pada orang yang dibantu. Ketakutan meningkat, kepercayaan diri menurun, boom, pemikiran terbentuk, "Jika orang-orang tidak berhubungan denganku setidaknya satu future problem mereka akan hilang. I'll help you dengan tidak berhubungan denganmu." Dan pemikiran ini menstimulasi ni empunya blog untuk belajar "hidup sendiri".

Sekitar pertengahan tahun 2010, ni empunya blog mendapat insight tentang dualisme setelah membaca ulang novel Dunia Sophie ditambah mendapat kuliah tentang filsafat. Dan segera setelah itu, ni empunya blog tahu dalam diri tiap manusia juga ada dualisme itu, yang harus diseimbangkan agar kita bisa hidup dengan tenang dan damai. Dualisme yang ada dalam diri ni empunya blog adalah kepatuhan dan pembangkangan. Kepatuhan itu sendiri lahir terlebih dahulu daripada pembangkangan. Ia lahir dari ketakutan dan ketidakpercayadirian. Sementara pembangkangan lahir kemudian ketika ketakutan dan ketidakpercayadirian tidak juga "mati" meski mereka telah "renta". Kepatuhan itu sendiri tidak akan mati karena dia hasil dari dua masalah yang dididik oleh pengalaman. Ia mengakar meski lemah. Pembangkangan ada karena ni empunya blog menyimpan kemarahan pada diri sendiri dan pada orang-orang dewa yang diharapkan ni empunya blog dapat membantu "membunuh" ketakutan dan ketidakpercayadirian. Tapi mereka tidak "mati", dan kemarahan yang terjadi menimbulkan pembangkangan. Dengan menyadari timbulnya pembangkangan ini, ni empunya blog semakin takut untuk berhubungan dengan orang lain karena takut akan menyakiti orang lain selama pembangkangan ini masih ada. Ni empunya blog merasa tidak percaya diri dapat melawan sikap pembangkangan ini, dia terlalu kuat daripada sikap kepatuhan, tapi mereka berdua tetap saja ada. Itulah kenapa ni empunya blog tak bisa berhubungan dengan orang lain, "Aku takut akan menyakiti orang lain."

Tapi ni empunya blog sadar bahwa hidup perlu "bahan bakar." Kemudian ni empunya blog berpikir apa saja bahan bakar pokok dalam kehidupan; udara, air, tanah, tumbuhan, hewan, akal, dan keimanan. Tahun-tahun awal dalam kehidupan ni empunya blog digunakan untuk mengasah akal dan keimanan. Lalu memasuki usia lebih dari 20tahun, ni empunya blog baru belajar bagaimana menumbuhkan makanan sendiri dan bagaimana memelihara hewan agar memberikan telur dan dagingnya untuk dimakan ni empunya blog (not there yet, still learning).

Untuk memenuhi kodrat sebagai makhluk sosial, ni empunya blog sudah bahagia dengan teman-teman yang dimiliki (yang jumlahnya bisa dihitung dengan tangan).

Sekarang kalian tahu isi kepala salah satu penyendiri. Bukan karena malas, bukan karena tidak punya tujuan, bukan karena egois, tapi karena tidak ingin kalian tersakiti dan terepotkan dengan kehadiranku. Aku membantu kalian lepas dari future problem jika kalian berhubungan denganku. Ini karena aku peduli dan memikirkan kalian. Seorang penyendiri punya tujuan. Aku punya tujuan. Tujuanku adalah hidup dengan tenang mati dengan tenang.

Salam sayang dari Yogyakarta
Peace